La Nina Akan Datang Juni hingga September 2016

Sejumlah lembaga prakiraan cuaca di beberapa negara memprediksi fenomena La Nina akan datang lebih cepat pada tahun ini. Bahkan, Biro Meteorologi Australia menyatakan perubahan terkini terlihat di wilayah tropis Samudera Pasifik.
Jika dikombinasikan dengan prediksi model yang iklim pandangan saat ini, menunjukkan kemungkinan La Nina pada tahun 2016 telah meningkat menjadi sekitar 50 persen. Seperti diketahui, La Nina, yang sering mengikuti fenomena El Nino, terjadi ketika angin timur menguat dan terjadi pendinginan air di tengah dan timur Samudera Pasifik. Biasanya kondisi ini membawa cuaca kering di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS) dan Amerika selatan.
Sebaliknya, hal itu dapat membawa kondisi basah dari normal untuk sebagian besar wilayah Australia, Papua Nugini, Indonesia, dan Amerika Tengah, sekaligus meningkatkan kemungkinan siklon tropis di Kepulauan Pasifik. Secara historis La Nina telah menimbulkan risiko yang signifikan bagi produksi jagung, kedelai, gandum, gula, kapas, dan kopi.
Pengalaman selama ini, ketika El Nino bertransisi ke La Nina, harga komoditas biasanya akan meningkat. Guna memperjelas fenomena La Nina tersebut, terutama bagi Indonesia, berikut penjelasan Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo.
Bagaimana prakiraan BMKG tentang terjadinya La Nina? Gejala La Nina diperkirakan dapat mulai dirasakan antara Juni hingga September 2016. Namun, sampai kapan belum dapat diprediksi, tergantung kekuatannya.
Apakah La Nina kali ini terkait dengan El Nino tahun lalu? Biasanya setelah El Nino akan diikuti dengan terjadinya La Nina. Kalau El Nino secara sederhana mengurangi potensi terjadinya hujan sehingga kita lihat kemarau pada 2015 cukup panjang. Awal musim hujan menjadi mundur sampai ke Desember 2015. Kalau La Nina sebaliknya akan mengurangi potensi terjadinya kemarau.
Jadi masyarakat perlu tahu, sebenarnya saat ini pun masih terjadi El Nino, hanya saja sudah meluruh dibandingkan puncaknya yang terjadi tahun lalu. Fenomena El Nino ini terjadi dari bulan Mei sampai Juli, puncaknya terjadi Desember 2015. Kemudian berlanjut, Januari sampai Februari 2016 mulai meluruh. April sampai Mei ini masih El Nino, meski posisinya sudah menuju netral.
Apa yang perlu diantisipasi dari La Nina tahun ini? La Nina akan mulai terjadi sekitar Juli, Agustus, September, melintas sampai masuk musim hujan lagi. Jadi musim hujan nanti akan berlangsung bersamaan dengan La Nina.
Imbauan Anda untuk masyarakat? Mengingat La Nina akan bersamaan juga dengan musim hujan kita perlu mewaspadai potensi banjir.
Seberapa besar kekuatan La Nino di tahun 2016? Karena kebetulan di 2015 El Nino termasuk kuat, La Nina bisa jadi berpotensi kuat juga. Meski sebenarnya tidak selalu otomatis begitu. Tapi potensi probabilitas kecenderungan untuk La Nina kuat cukup besar. Kekuatan La Nina sudah dapat diprediksi kekuatannya sekitar Juli atau Agustus. Kalau sampai kuat, La Nina bisa berlangsung sepanjang 6 bulan atau bahkan setahun.
Bagaimana proses terjadinya La Nina? El Nino dan La Nina sebenarnya terjadi di Samudera Pasifik. Namun Indonesia akan cukup besar terkena dampaknya. Jadi yang menyebabkan La Nina adalah ketika suhu muka laut lebih dingin di Samudera Pasifik, sementara di Indonesia lebih hangat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi sirkulasi walker atmosfer, yang mendorong pertumbuha awan hujan. Kalau di Pasifik dingin, sirkulasi walker aktif, akibatnya ada penambahan uap air dari Pasifik ke wilayah Indonesia.
Apakah La Nina akan terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia? Tidak. Pada umumnya terjadi di Indonesia timur sampai arah barat, ini pun hanya di wilayah tertentu saja. Misalkan Sumatera mulai dari arah barat menuju selatan. Kemudian Kalimantan selatan ke arah Sulawesi, Papua, Jawa, Bali, dan NTT juga akan terkena La Nina.
Selain Indonesia, negara mana saja yang terkena La Nina? Sebetulnya, seperti Amerika tengah juga akan terpengaruh, hanya saja dampaknya berbeda. Misalkan kalau saat El Nino cenderung kering, di Amerika tengah, selatan bagian timur masih dapat hujan sedikit. Seluruh dunia tidak akan mengalami dampak yang sama.
Imbauan untuk kepada pemerintah, terutama pemerintah daerah? Pada kondisi hujan ini memang bisa memicu banjir. Namun perlu diingat, bahwa hujan bukan satusatunya penyebab banjir. Jadi daerah- daerah yang daerah serapannya minim akan terkena dampak yang lebih besar. Misalkan kota-kota besar yang tingkat pembangunannya tinggi, daerah resapan airnya sudah banyak tertutup gedung-gedung. Terutama Jakarta harus ekstra mewaspadai banjir, karena daerah resapannya saja kurang dari 20 persen. Demikian pula daerah yang kemiringannya cukup terjal harus waspadai longsor. citra larasati/AR-2

Posting Komentar