Tidak Ada Gerhana Matahari Cincin di Indonesia Besok,

Fenomena Gerhana Matahari cincin memang akan terjadi pada Kamis (1/9/2016) besok. Namun, warga Indonesia akan menyaksikan fenomena yang berbeda, berupa Gerhana Matahari sebagian. Jadi, jangan berharap bisa melihat matahari dalam bentuk cincin esok hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lewat keterangan persnya pada Selasa (30/8/2016) menjelaskan bahwa Kamis besok, bulan memang akan berada di antara bumi dan matahari. Kebetulan, bulan juga sedang berada pada salah satu titik terjauhnya dengan bumi atau apogee. Konfigurasi tersebut secara teoretis memang akan menghasilkan Gerhana Matahari cincin. Namun, seperti halnya Gerhana Matahari lainnya, wilayah yang berpeluang menyaksikan sangat kecil. Hanya wilayah yang berada di bawah naungan umbra bulan atau garis semu gerhana yang akan menyaksikan Gerhana Matahari cincin. Untuk Kamis besok, wilayah yang berpeluang menyaksikan Gerhana Matahari cincin hanya Samudra Atlantik, Afrika bagian tengah, Madagaskar, dan Samudra Hindia. Situs astronomi Langitselatan menyatakan, lokasi terbaik untuk menyaksikan gerhana besok ialah Tanzania. Di sana, Gerhana Matahari cincin akan terjadi selama 3 menit 6 detik. Indonesia sendiri berada di luar garis gerhana. Jadi, Indonesia tidak akan mengalami Gerhana Matahari cincin, tetapi hanya Gerhana Matahari sebagian. Menurut informasi BMKG, Gerhana Matahari sebagian itu akan melintasi 124 kota. BMKG Peta wilayah yang akan mengalami gerhana matahari sebagian sebagai bagian dari fenomena gerhana matahari cincin pada Kamis (1/9/2016) besok. Kota-kota yang berpeluang menyaksikan Gerhana Matahari sebagian besok tersebar di 10 provinsi, yaitu Sumatera Barat bagian selatan, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian tenggara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur bagian barat. Seberapa spesial Gerhana Matahari sebagian besok? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Indonesia sendiri bisa dikatakan berada di wilayah paling luar yang dilintasi gerhana. Jadi, persentase piringan matahari yang tertutup pun sangat kecil. "Paling besar jika diamati di Ujung Genteng, Sukabumi. Pada saat matahari terbenam (pukul 17.53.27 WIB), persentase piringan matahari yang tertutupi bulan adalah 4,428 persen. Selain di Ujung Genteng, persentasenya lebih kecil dari angka tersebut," kata peneliti astronomi BMKG, Rukman Nugraha. Kedua, soal waktu kejadian. Gerhana Matahari besok akan terjadi pada saat senja. Sejumlah kota di Indonesia sebenarnya tak bisa menyaksikan puncak gerhana. Jakarta, misalnya, hanya bisa menyaksikan kontak pertama gerhana pada pukul 17.30 WIB. Puncak gerhana terjadi saat matahari telah tenggelam. Gerhana yang terjadi saat senja juga menjadi tantangan, apalagi bagi penduduk kota. Komunikator astronomi dari Langitselatan, Avivah Yamani, kepada Kompas.com, Rabu (31/8/2016), mengatakan, ketika hampir terbenam, matahari sudah sangat rendah di ufuk. Pengamatan gerhana menjadi sulit. Tertarik mengamati? Boleh saja. Jangan lupa prinsip umum saat pengamatan gerhana, yaitu selalu memakai alat bantu, seperti kacamata gerhana ataupun pinhole. Karena gerhana besok adalah gerhana sebagian, pengamat harus terus memakai alat bantu sepanjang pengamatan. Bagi yang ingin menyaksikan Gerhana Matahari cincin, jangan khawatir, ada waktunya bagi Indonesia. Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, Sumatera dan Sulawesi akan mengalami Gerhana Matahari cincin pada 26 Desember 2019. Jadi, hanya tiga tahun dari saat ini. sumber : http://sains.kompas.com/read/2016/08/31/16220521/tidak.ada.gerhana.matahari.cincin.di.indonesia.besok.ini.penjelasannya.
KOMPAS.com — Fenomena Gerhana Matahari cincin memang akan terjadi pada Kamis (1/9/2016) besok. Namun, warga Indonesia akan menyaksikan fenomena yang berbeda, berupa Gerhana Matahari sebagian. Jadi, jangan berharap bisa melihat matahari dalam bentuk cincin esok hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) lewat keterangan persnya pada Selasa (30/8/2016) menjelaskan bahwa Kamis besok, bulan memang akan berada di antara bumi dan matahari. Kebetulan, bulan juga sedang berada pada salah satu titik terjauhnya dengan bumi atau apogee. Konfigurasi tersebut secara teoretis memang akan menghasilkan Gerhana Matahari cincin. Namun, seperti halnya Gerhana Matahari lainnya, wilayah yang berpeluang menyaksikan sangat kecil. Hanya wilayah yang berada di bawah naungan umbra bulan atau garis semu gerhana yang akan menyaksikan Gerhana Matahari cincin. Untuk Kamis besok, wilayah yang berpeluang menyaksikan Gerhana Matahari cincin hanya Samudra Atlantik, Afrika bagian tengah, Madagaskar, dan Samudra Hindia. Situs astronomi Langitselatan menyatakan, lokasi terbaik untuk menyaksikan gerhana besok ialah Tanzania. Di sana, Gerhana Matahari cincin akan terjadi selama 3 menit 6 detik. Indonesia sendiri berada di luar garis gerhana. Jadi, Indonesia tidak akan mengalami Gerhana Matahari cincin, tetapi hanya Gerhana Matahari sebagian. Menurut informasi BMKG, Gerhana Matahari sebagian itu akan melintasi 124 kota. BMKG Peta wilayah yang akan mengalami gerhana matahari sebagian sebagai bagian dari fenomena gerhana matahari cincin pada Kamis (1/9/2016) besok. Kota-kota yang berpeluang menyaksikan Gerhana Matahari sebagian besok tersebar di 10 provinsi, yaitu Sumatera Barat bagian selatan, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian tenggara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur bagian barat. Seberapa spesial Gerhana Matahari sebagian besok? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Indonesia sendiri bisa dikatakan berada di wilayah paling luar yang dilintasi gerhana. Jadi, persentase piringan matahari yang tertutup pun sangat kecil. "Paling besar jika diamati di Ujung Genteng, Sukabumi. Pada saat matahari terbenam (pukul 17.53.27 WIB), persentase piringan matahari yang tertutupi bulan adalah 4,428 persen. Selain di Ujung Genteng, persentasenya lebih kecil dari angka tersebut," kata peneliti astronomi BMKG, Rukman Nugraha. Kedua, soal waktu kejadian. Gerhana Matahari besok akan terjadi pada saat senja. Sejumlah kota di Indonesia sebenarnya tak bisa menyaksikan puncak gerhana. Jakarta, misalnya, hanya bisa menyaksikan kontak pertama gerhana pada pukul 17.30 WIB. Puncak gerhana terjadi saat matahari telah tenggelam. Gerhana yang terjadi saat senja juga menjadi tantangan, apalagi bagi penduduk kota. Komunikator astronomi dari Langitselatan, Avivah Yamani, kepada Kompas.com, Rabu (31/8/2016), mengatakan, ketika hampir terbenam, matahari sudah sangat rendah di ufuk. Pengamatan gerhana menjadi sulit. Tertarik mengamati? Boleh saja. Jangan lupa prinsip umum saat pengamatan gerhana, yaitu selalu memakai alat bantu, seperti kacamata gerhana ataupun pinhole. Karena gerhana besok adalah gerhana sebagian, pengamat harus terus memakai alat bantu sepanjang pengamatan. Bagi yang ingin menyaksikan Gerhana Matahari cincin, jangan khawatir, ada waktunya bagi Indonesia. Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, Sumatera dan Sulawesi akan mengalami Gerhana Matahari cincin pada 26 Desember 2019. Jadi, hanya tiga tahun dari saat ini.

Masihkah Anda Percaya Bahwa Bumi ini Datar?

Masihkah Anda Percaya Bahwa Bumi ini Datar? Pemahaman mengenai bumi itu datar rupanya kembali menjadi kepercayaan sejumlah orang. Sebuah akun di Youtube menjelaskan pemahaman tersebut disertai argumennya. Foto earthrises yang mengingatkan pada hasil jepretan astronot William Sanders pada 1968 silam (Peta Pixel) Pemahaman bahwa Bumi berbentuk datar tumbuh kembali layaknya keyakinan kuno yang lahir kembali. Di Youtube, sejumlah akun - diantaranya TigerDan925 - mengunggah video penjelasan tentang Bumi datar beserta argumen-argumennya. Sementara di Facebook, terdapat sejumlah komunitas - diantaranya The Flat Earth Society - yang beranggotakan orang-orang yang percaya bahwa Bumi datar. Di Twitter, ada akun @FlatEarthID dengan sejumlah informasi tentang pandangan Bumi datar. Sepintas hal itu tak dapat dipercaya. Manusia sudah memiliki citra Bumi sebagai kelereng biru, memotret Bumi daari saturnus sebagai "Pale Blue Dot", dan mengirim New Horizon ke tepian Tata Surya. Bagaimana mungkin masih ada orang yang percaya Bumi datar? Percaya atau tidak, nyatanya masih ada orang-orang seperti itu. Gambaran Keyakinan Orang-orang yang memercayai Bumi datar intinya menolak semua perkembangan ilmu pengetahuan yang telah dicapai berabad-abad. Mereka menganggap pendaratan Neil Armstrong di Bulan hoax! Mereka menganggap satelit sebenarnya tidak pernah ada! Mereka percaya bahwa Matahari jaraknya hanya 4.000 kilometer! Alasannya? Tulisan VICE.com pada 2014 mengungkap, mereka yang meyakini bahwa Bumi datar percaya bahwa matahari selalu berada di Tropic Cancer dan Capricorn, yang berarti jaraknya kurang dari 5.000 kilometer dari Bumi. Mereka juga meyakini bahwa Bumi begitu spesial sehingga walaupun banyak benda langit berbentuk bulat, Bumi berbentuk datar layaknya piringan. Bukti Bumi datar menurut orang-orang yang meyakininya bisa diketahui saat terbang dengan pesawat. Penumpang selalu diberitahu bahwa pesawat terbang dengan ketinggian tetap setelah stabil di udara. Menurut pemercaya Bumi datar, jika Bumi bulat, seharusnya ketinggian terbang tak pernah tetap. Pseudosains Profesor astrofisika dan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa pandangan Bumi datar terlalu mengada-ada. "Itu pseudosains," katanya. "Orang-orang awam memercayainya karena seolah-olah pandangan itu ilmiah padahal sebenarnya tidak ada dasarnya sama sekali," imbuhnya ketika dihubungi Kompas.com, Senin (11/7/2016). Ini sejumlah bukti bahwa Bumi berbentuk bulat, bukan datar. Orang-orang yang percaya Bumi datar meyakini bahwa Kutub Selatan adalah dinding yang tak mungkin ditembus. "Nyatanya, pernah ada penerbangan yang melewati kutub selatan, dari Afrika Selatan ke Selandia Baru. Kalau Kutub Selatan dinding yang tak bisa ditembus, tak mungkin ada penerbangan itu," jelasnya. Penerbangan melewati kutub selatan kini tak diminati sebab alasan teknis terkait suhu dingin. Pandangan bahwa satelit adalah kebohongan belaka juga kurang berdasar. Nyatanya, komunikasi manusia saat ini berbasis satelit. Demikian pula keyakinan bahwa Matahari berjarak 4.000 kilometer dari Bumi. "Suhu Matahari mencapai 6.000 derajat celsius. Kalau jarak Matahari sedekat itu, maka kita akan tersiksa dan terbakar oleh radiasi dan panas," ungkap Thomas. Ketinggian terbang pesawat yang tetap pun sebenarnya bisa dijelaskan. Ketinggian terbang pesawat diukur secara relatif terhadap permukaan Bumi. Ukuran Bumi yang besar membuat kelengkungan Bumi tidak begitu dirasakan. "Jika kita menjadi pilot, kita akan mampu membuktikannya," kata Thomas. "Kalau Bumi datar, maka dari atas kita bisa menatap daerah mana pun termasuk kutub selatan. Kenyataannya, pandangan kita tetap terbatas." Senja Membuktikannya Pembuktian bahwa Bumi bulat bisa dilakukan dengan cara sederhana. Banyak orang berburu pemandangan senja kala liburan. Pemandangan senja itu bisa menjadi bukti bahwa Bumi bulat. Saat menatap senja, manusia akan melihat garis khayal yang membatasi pandangan. Matahari akan tenggelam di garis yang disebut horison itu. Jika Bumi datar, garis yang seolah-olah mempertemukan langit dan permukaan Bumi itu takkan ada. Kalau ada kapal berlayar di lautan, manusia takkan melihat kapal itu hilang perlahan dan per bagian ketika bergerak menjauh jika saja Bumi datar. "Jika kapal itu mendekat, kita taakkan menyaksikan asapnya dahulu, baru bagian kapal secara keseluruhan, tetapi langsung semuanya," kata Thomas. Masih mau percaya Bumi datar? (Yunanto Wiji Utomo / Kompas.com) sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/masihkah-anda-percaya-bahwa-bumi-ini-datar
Bumi Bundar VS. Bumi Datar 20.08 243 Comments Bumi Bumi bola versus Bumi datar Astronomy Event - Pada tanggal 7 Desember 1972 kru Apollo 17 memotret foto Bumi pertama dari luar angkasa yang bernama "The Blue Marble". Namun 5 tahun lalu satelit ATS-3 lebih dulu memotret Bumi dari luar angkasa secara jelas. Foto dari satelit ATS 3 (1967) Namun, apakah Bumi berbentuk bola? Kebanyakan orang termasuk para ilmuwan percaya bahwa jawabannya adalah ya, karena mereka mempunyai bukti dan juga 10 alasan mengapa mereka percaya. Jadi, orang-orang yang percaya bahwa Bumi itu datar kadang dianggap berpengetahuan kurang. Ada sebuah kesalapahaman, yaitu Christopher Colombus adalah orang yang pertama menyadari bahwa Bumi itu berbentuk bola. Sebenarnya pada zaman Yunani Kuno, orang-orang menyadari juga bahwa Bumi itu bundar setelah mengetahui bahwa bagian bawah perahu menghilang di kaki langit terlebih dahulu saat melayar jauh. Eratosthenes mengukur panjang bayangan sebuah tiang masing-masing di Syene dan Alexandria. Dari pengukuran itu, ternyata tiang di Alexandria lebih panjang daripada tiang di Syene sehingga ia menyimpulkan bahwa Bumi berbentuk bundar. Namun masih ada orang yang percaya bahwa Bumi itu datar. Pada tahun 1906, Wilbur Glenn Voliva percaya bahwa Bumi sebenarnya datar. Ia juga mengajar ilmu bumi datar di sekolah di kota Zion, AS. Ia percaya bahwa matahari hanya 4.800 km diatas permukaan Bumi, dan matahari memiliki diameter 51,2 km. Dan matahari mengelilingi kutub utara yang juga menyebabkan zona waktu. Ilustrasi Bumi datar dan orbit matahari Secara mengejutkan, teori ini dapat juga menjelaskan pengukuran dari percobaan tiang Eratosthenes. Tahun 1956, Samuel Shenton mendirikan Flat Earth Society (Perhimpunan Bumi Datar). Tahun 1980, terjadi krisis karena jumlah pengikutnya menurun hingga 200 orang. Dan pada tahun 2004, Daniel Shenton (dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Samuel Shenton, hanya kebetulan nama) membangkitkan lagi perhimpunan ini dengan membuat forum Flat Earth Society. Mereka percaya bahwa bukti-bukti Bumi berbentuk bola seperti "The Blue Marble" adalah sebuah hoax dari agensi luar angkasa, pemerintahan, lembaga aeronautika dan astronautika dan pabrik globe. Saat ini, jumlah anggotanya lebih dari 500 orang. Mereka cukup "pintar" karena mereka akan menjawab semua pertanyaan tentang Bumi datar yang kalian lempar kepada mereka. Saat ini, himpunan ini memiliki web sendiri, forum, dan wikia. Yang sudah kita tahu, saat ini sudah banyak sekali orang percaya bahwa Bumi itu berbentuk seperti bola karena bukti dan menjelaskan banyak hal. Namun sebenarnya mereka salah. Jadi, Bumi memang benar datar? Tidak. Panah berwarna merah menunjukan arah gaya sentrifugal. Bumi itu berputar. Ini menyebabkan gaya sentrifugal yang mengarah ke luar dari jalur putaran. Karena itu, Bumi "terlempar" di bagian ekuatornya sehingga lebih menonjol. Faktanya, diameter Bumi dari ekuator 42 km lebih panjang daripada diameter dari kutub ke kutub. Sehingga Bumi berbentuk elipsoid, seperti bola rugby. Namun karena kelonjongan Bumi dibandingkan dengan diameter Bumi sangat kecil, sehingga kita sangat sulit melihat kelonjongan Bumi. Gambar diatas pun tidak dalam skala yang benar. Jadi, jangan salah paham lagi. Bumi itu merupakan bola rugby raksasa di angkasa. sumber : http://astro-event.blogspot.co.id/2015/02/bumi-itu-berbentuk-bola-atau-datar.html